Book Name:Hum Nay Karbala Se Kia Seekha
maka diperlukan kesabaran dan ketabahan. Kita harus mampu bertahan, dan kita tidak bisa mengandalkan orang lain untuk kesuksesan kita. Kita harus percaya pada diri kita sendiri tetapi hindari untuk terlalu percaya diri.’”
Saudara Muslim itu melanjutkan:
Saat guru menjelaskan pelajaran dari cerita tersebut, maka saya berpikir tentang peristiwa Karbala. Saat pidatonya berakhir, saya spontan berkata, “Peristiwa Karbala mengajarkan kita semua tentang ini. Imam Ḥusain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ menunjukkan kesabaran, ketabahan, ketahanan, kepercayaan diri, dan sifat-sifat penting lainnya. Hal-hal ini mungkin tidak ditulis oleh Imam Ḥusain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ , tetapi beliau menunjukkan kapan hal itu perlu untuk ditegakkan.”
Guru itu terkejut pada awalnya, tetapi beliau setuju, “Ya! Ini benar! Cendekiawan Eropa mengajari kita tentang hal ini melalui kisah tertulis, sedangkan Imam Ḥusain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ adalah contoh sempurna dari seseorang yang memiliki sifat-sifat ini dan menunjukkannya dalam tindakannya.”
Pengantar Tentang Imam Husain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ
Saudara-saudara Muslim yang terkasih! Sayyidina Imam Ḥusain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ adalah orang yang bertubuh besar. Namanya Ḥusain, nama panggilannya adalah Abū ꜤAbdullāh dan gelarnya adalah سِبْطِ رَسُوْلُ اللہ (cucu Nabi) dan رَیْحَانَۃُ الرَّسُوْل (bunga Nabi).[1]
1. Nabi tercinta صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bersabda: حُسَيْنٌ مِنِّي وَاَنَا مِنْ حُسَيْنٍ، اَحَبَّ اللَّهُ مَنْ اَحَبَّ حُسَيْنًا “Ḥusain dariku, dan aku dari Ḥusain. Allah عَزَّوَجَلَّ menyukai orang-orang yang mencintai Ḥusain.”[2]