Book Name:Achy Amaal Ki Barkatein

Orang yang berakal adalah orang yang lebih mengutamakan dan memperjuangkan nikmat surga yang kekal dibandingkan kesenangan dunia yang hanya sesaat saja. Menyelamatkan diri dari kecintaan terhadap dunia dan keinginan akan harta sangatlah sulit, begitu pula dengan upaya untuk mencapai surga. Namun, jika kita tetap memperhatikan keberkahan, karunia, dan kemudahan akhirat, maka memperjuangkannya akan menjadi lebih mudah.

Pahami hal tersebut dengan cara berikut ini. Jika uang kertas £5 diletakkan di hadapan seseorang dan seikat uang £5.000 diletakkan di sebelahnya, dan seseorang diberi pilihan untuk memilih salah satu di antara keduanya, maka tentu saja, orang tersebut akan memilih untuk mengambil £5.000 tersebut. Dengan demikian, dunia dan isinya ibarat £5, padahal nikmat surga tak ternilai harganya; Tidak ada bandingannya antara kenikmatan dunia yang singkat dengan kenikmatan surga yang kekal. Sebagai anjuran, marilah kita mendengarkan beberapa kenikmatan surga.

Kenikmatan Surga

Seandainya dunia ini terlihat seperti sesuatu dari surga yang sebesar kuku jari tangan, maka ia akan menghiasi langit dan bumi.[1] Dinding surga terbuat dari batu bata yang terbuat dari emas dan perak, dan tanah pelekat dindingnya adalah kasturi. [2] Ada empat sungai di surga: yang satu berisi air, yang lain berisi susu, sepertiga berisi madu, dan seperempat berisi minuman dari anggur. Alirannya mengalir ke rumah setiap orang. Satu tepian setiap aliran terbuat dari mutiara dan tepi lainnya terbuat dari yaqut. Tanah dari aliran-aliran ini terbuat dari kasturi. [3]

Di Surga, segala jenis makanan lezat akan tersedia untuk disantap. Apa pun yang diinginkan seseorang akan segera muncul di hadapannya. [4] Jika seseorang melihat seekor burung dan ingin memakan dagingnya, maka dia akan langsung tampak matang di hadapannya. [5] Jika seseorang menginginkan air atau minuman lainnya, maka kendi akan datang ke tangannya atas kemauannya sendiri. Kendi itu berisi air, susu, minuman dari anggur dan madu sesuai dengan


 

 



[1] Tirmidzi, jilid. 4, hal. 241, hadits 2.547

[2] MajmaꜤ Al Zawāˈid, jilid. 10, hal. 732, hadits 18642

[3] Al Targhīb Wa Al Tarhīb, jilid. 4, hal. 315, hadits 35 / 5734

[4] Tafsir Ibnu Katsir, jilid. 7, hal. 162

[5] Al Targhīb Wa Al Tarhīb, jilid. 4, hal. 292, hadis 73