Book Name:Fikr e Akhirat

menangis karena saya harus menghadapi Munkar dan Nakīr setelah kematian saya? Apakah ada di antara kalian yang menangis karena takut saya berdiri di hadapan Allah عَزَّوَجَلَّ (untuk dimintai pertanggungjawaban)? Tidak seorang pun dari kalian yang menangis karena kesusahan yang akan saya temui di akhirat nanti, masing-masing dari kalian menangis karena alasan duniawi kalian sendiri.”

Kemudian beliau merintih dan meninggal dunia.”

صَلُّوۡا عَلَى الۡحَبِيۡب                                     صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّد

Wahai para pecinta Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم! Betapa indahnya pola pikir untuk merenungkan tentang Akhirat yang diberikan oleh seorang yang saleh dan auliya ini kepada keluarganya dan kita semua. Kita harus merenungkan fakta bahwa kita menangis sedalam-dalamnya karena kehilangan nikmat duniawi, tetapi pernahkah kita menangis karena perbuatan jahat (dosa) kita, yang pada akhirnya akan membuat kita kehilangan karunia surga dan pantas mendapatkan siksa neraka yang pedih?

Kita berjuang tanpa lelah untuk mencapai berkah duniawi, tetapi pernahkah kita melawan nafsu duniawi kita dan mengerahkan upaya kita dalam melakukan amal saleh untuk mendapatkan berkah Surga? Jika seseorang menginterogasi kita di dunia ini, kita berkeringat, dan meskipun mengetahui jawabannya, kita melupakannya karena gugup. Pernahkah kita gemetar ketakutan karena ujian kubur (fitnah kubur) dan kebangkitan, atau pernahkah kita memiliki pola pikir untuk mempersiapkan ujian ini?

Ingat! Kehidupan Dunia dan segala isinya semuanya hanya sementara. Oleh karena itu, sambil menikmati karunia dan kemudahan yang hanya sementara ini, kita harus menanamkan dalam pikiran kita bahwa kita harus mempertanggungjawabkan semua ini di akhirat. Pertanyaannya tidak hanya tentang makanan atau minuman dan barang-barang