Book Name:Fikr e Akhirat

Yang artinya: Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”[1]

Dalam Tafsīr al-Qurṭubī disebutkan:

Masing-masing dari ini (anggota tubuh) akan ditanyai tentang cara mereka digunakan. Dengan demikian, hati akan ditanya tentang apa yang biasa dipikirkannya dan kemudian pemikiran mana yang dimiliki, dan mata dan telinga akan ditanya tentang apa yang dilihat dan didengar melalui mereka.[2]

Ulama Sayyid Mahmūd Ālūsī al-Baghdādī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه komentar:

Ayat ini merupakan bukti pertanggungjawaban seseorang terkait dengan urusan hatinya. Misalnya, niat yang kuat untuk berbuat dosa dan terlibat dalam berbagai penyakit hati, seperti kedengkian, iri hati, kesombongan diri, dll. Namun para ulama Memiliki Penjelasan bahwa seseorang tidak akan dihukum karena hanya memikirkan dosa di dalam hati, kecuali jika dia memiliki niat yang kuat untuk melakukannya.[3]

Ḥakīm al-Ummah, Muftī Aḥmad Yār Khān Na’īmī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه menyatakan, “Seseorang akan dimintai pertanggungjawaban atas niat jahat di dalam hatinya atau keyakinan jahatnya. Namun, bisikan yang secara tidak sadar masuk kemudian keluar dari hati akan dimaafkan.”

Beliau lebih lanjut menjelaskan

Seseorang akan ditanyai pada hari kiamat tentang anggota tubuh bagian dalam dan luar, apakah mereka melakukan tindakan yang dilarang. Oleh karena itu, lakukanlah perbuatan yang hanya


 

 



[1] Al-Quran, 17:36

[2] Tafsīr al-Qurṭubi, jilid. 20, hal. 139

[3] Tafsīr Rūḥ al-Ma’ānī, jilid. 15, hal. 97