Book Name:Fikr e Akhirat

menjauhkannya dari perbuatan saleh yang merupakan sarana untuk mendapatkan keridhaan Allah عَزَّوَجَلَّ.

Kita telah dikaruniai nikmat yang tak terhitung banyaknya oleh Allah عَزَّوَجَلَّ di dunia ini. Bisnis yang menguntungkan dan pekerjaan yang menguntungkan adalah berkah dari Allah عَزَّوَجَلَّ, rumah yang megah dengan berbagai fasilitasnya adalah berkah, kendaraan yang bagus adalah berkah yang besar, dan anak adalah berkah bagi orang tua mereka. Namun, harus diingat bahwa menjadi sibuk dengan berkah duniawi di luar kebutuhan seseorang adalah penyebab kelalaian dan kerugian. Sebagaimana disebutkan dalam Juz 28, Surat al-Munāfiqūn, ayat 9:

یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  لَا تُلۡہِکُمۡ اَمۡوَالُکُمۡ  وَ لَاۤ  اَوۡلَادُکُمۡ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ ۚ   وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡ  ذٰلِکَ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ (۹)

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi.” [1]

Dalam ayat yang diberkahi ini, orang-orang beriman diberi nasehat dan peringatan, “Wahai orang-orang beriman! Janganlah hartamu atau anak-anakmu membuatmu lalai mengingat Allah عَزَّوَجَلَّ, seperti orang-orang munafik. Barangsiapa melakukan hal ini, sehingga karena keasyikannya dengan dunia, mereka melupakan agama, tidak memperhatikan keadaannya sendiri karena cintanya pada kekayaan, dan lalai dari kenikmatan akhirat, mereka itulah yang merugi.” Ini karena mereka tidak memiliki kepedulian terhadap berkah abadi dan


 

 



[1] Al-Quran, 63:9