Book Name:Malakul Maut Ke Waqiaat

Malaikat maut menjawab, “Dengan perintah Allah عَزَّوَجَلَّ , aku memanggil jiwa-jiwa, dan mereka datang di antara dua jariku.” [1]

Pada kesempatan lain, Nabi Yakūb عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم bertanya, “Apakah engkau mengambil nyawa setiap makhluk hidup?”

“Ya”, jawab malaikat itu.

“Namun, engkau bersamaku saat ini juga”, Nabi Yakub عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم berkata, “Sementara manusia tersebar di seluruh dunia.”

Malaikat Maut itu menjelaskan:

Allah عَزَّوَجَلَّ telah menempatkan dunia di bawah kekuasaanku. Di hadapanku bagaikan sebuah nampan di hadapanmu, tempat  mengambil apa saja yang diinginkan. Demikian pula, aku mengambil jiwa-jiwa dari seluruh dunia dengan cara ini, dari mana pun aku mau.” [2]

اللہ ! اللہ Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Dari sini kita belajar bahwa malaikat maut selalu melihat seluruh dunia di hadapannya, di mana pun Malaikat Maut berada. Jika para Malaikat bisa memiliki kekuatan tersebut, lalu siapa yang dapat membayangkan kekuatan dan derajat yang dimiliki oleh guru para malaikat, kekasih Allah عَزَّوَجَلَّ , Nabi Muhammad  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم!

Ketika malaikat Maut bertemu dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم

Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه menuliskan:

Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم melakukan perjalanan melintasi langit pada malam Miraj, beliau melihat seorang Malaikat duduk di langit keempat. Malaikat itu meletakkan sebuah kitab takdir besar ( Lauhul Mahfudz ) di depannya, dan di dekatnya ada sebuah pohon besar yang cabang-cabangnya tersebar dari Timur ke Barat. Malaikat itu memandangi pohon itu dengan sangat hati-hati.

Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bertanya kepada Malaikat Jibril عَـلَيْـهِ الـسَّـلاَم , “Siapakah Malaikat itu?”

“Ya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم !”, Jibril menjawab, “Dialah yang mengakhiri kegembiraan, memisahkan sahabat antara satu dengan yang  lainnya, menjadikan wanita-wanita menjadi janda, menjadikan anak-anak menjadi


 

 



[1] Iḥyāˈ Al ʿUlūm Al Dīn, jilid. 4, hal. 565 Terpilih

[2] Mawsūʿat Ibnu Abī Dunya, jilied. 5, hal. 469, hadits 246