Book Name:Ameer e Ahl e Sunnat Ka Ishq e Madina
Syekh saya, saya tidak ingat berapa kali saya telah melakukan perjalanan ke Madinah; ini adalah rahmat.
صَلُّوۡا عَلَى الۡحَبِيۡب صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّد
Saudara-saudara muslim yang terkasih, ketika Maulana Ilyas Attar al-Qadiri دَامَـتْ بَـرَكَـاتُـهُـمُ الْـعَـالِـيَـهْ meninggalkan Madinah setelah kunjungan pertamanya pada tahun 1400 H, Beliau mengungkapkan perasaannya dalam qasidah syair perpisahan.
Seorang saudara muslim dari Hyderabad (Sindh) melihat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم dalam mimpinya. Dalam mimpinya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم berkata: “Sampaikan salamku kepada Ilyas Qadri, dan katakan padanya aku menyukai qasidah syair alwāda’ Tājdār-e-Madinah yang dia tulis. Ketika dia mengunjungi Madinah lagi, katakan padanya untuk menulis qasidah syair perpisahan yang lain.”[1]
صَلُّوۡا عَلَى الۡحَبِيۡب صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّد
Kehormatan untuk menyapu di Masjid Nabawi
Ketika Maulana Ilyas Attar al-Qadiriدَامَـتْ بَـرَكَـاتُـهُـمُ الْـعَـالِـيَـهْ mengunjungi Madinah pada tahun 1406 H (1986), beliau bertekad untuk menyapu lantai Masjid al-Nabawi. Oleh karena itu, beliau memberi tahu pengurus Masjid al-Nabawi tentang keinginannya, dan mereka mengizinkannya untuk menyapu lantai masjid untuk sementara waktu.