Book Name:Ameer e Ahl e Sunnat Ka Ishq e Madina

Yang artinya: Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. [1]

Allāmah al-Bayḍāwīرَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه  menulis: “Dalam ayat ini, Allah عَزَّوَجَلَّ   telah menyatakan Madinah sebagai iman (atau darul iman). Ini karena iman menyebar dari Madinah dan akan kembali kesana juga.”[2]

Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bersabda:

اَلْمَدِیْنَۃُ دَارُ الْاِیْمَان

“Madinah adalah darul iman.”[3]

Madinah juga dikenal sebagai jantung iman (قَلْبُ الْاِیْمان). Oleh karena itu, Madinah adalah tempat tinggal iman, dan jantung hati iman. Bagaimana seseorang bisa memiliki iman tetapi tidak mencintai tempat tinggal dan jantung hati iman? Karenanya, mencintai Madinah adalah tanda keimanan yang sejati. Kita harus berusaha untuk meningkatkan kecintaan kita pada Madinah dan meneteskan air mata karena perpisahan kita dari kota ini. Bagaimana kita bisa mencapai tingkat cinta ini? Berikut adalah beberapa mutiara Madanī dari ceramah Maulana Ilyas Attar al-Qadiriدَامَـتْ بَـرَكَـاتُـهُـمُ الْـعَـالِـيَـهْ .

Apa itu gham-e-Madinah (keharuan Madinah)?

Ulama terkenal dan pemimpin Ahl al-Sunnah, Maulana Ilyas Attar al-Qadiriدَامَـتْ بَـرَكَـاتُـهُـمُ الْـعَـالِـيَـهْ  ditanya: “Apa itu gham-e Madinah (keharuan Madinah)?”


 

 



[1] Al-Quran, 59:9

[2] Hāshiyah Syaikh Zādah Tafsīr al-Bayḍāwi, al-Ḥashr, ayat 9, jilid. 8, hal. 167

[3] Al-M’ujam al-Awsaṭ: 5,618