Book Name:Aaqa Ka Safar e Meraj
Sayyidina Jibril عَـلَيْـهِمُ الـسَّـلاَمdengan rendah hati menjawab, “ Ada tujuh puluh tabir cahaya antara aku dan Tuhanku. Jika aku mendekati salah satu dari mereka, maka aku akan terbakar. ”[1]
Kemudian, hanya Nabi Tercinta, Nabi Muhammad صَلَّی اللہُ تَعَالٰی عَلَیْہِ وَاٰلِہٖ وَسَلَّمَ yang berjalan terlebih dahulu ( sendirian dari Sidrat Al Muntahā ) dan terus mendaki. Beliau صَلَّی اللہُ تَعَالٰی عَلَیْہِ وَاٰلِہٖ وَسَلَّمَ tiba di suatu tempat bernama Al Mustawā. Di sini, Nabi tercinta, Nabi Muhammad صَلَّی اللہُ تَعَالٰی عَلَیْہِ وَاٰلِہٖ وَسَلَّمَ mendengar suara tulisan pena.[2]
Pena-pena inilah yang digunakan para malaikat untuk menuliskan perintah-perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى setiap hari. Selain itu, mereka menuliskan peristiwa-peristiwa selama satu tahun dari Lauhul Maḥfuẓ ( kitab yang berisi catatan takdir dan segala peristiwa yang terjadi di alam semesta ) pada berbagai gulungan. Kemudian, gulungan-gulungan ini diserahkan kepada para Malaikat terkait pada malam ke 15 bulan Sya'ban.[3]
Kecintaan khusus untuk bulan Sya'ban
Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Bulan Sya'ban memang memiliki banyak keistimewaan dalam kaitannya dengan perubahan Kitab Amal. Bulan Islam berikutnya, yaitu bulan lunar, adalah Sya'ban. Di samping menunaikan ibadah fardhu, hendaknya kita juga memperbanyak shalat Sunnah dan puasa Sunnah di bulan Sya'ban. Ketika berasosiasi tentang bulan ini terhadap dirinya, Nabi Tercinta, Nabi Muhammad صَلَّی اللہُ تَعَالٰی عَلَیْہِ وَاٰلِہٖ وَسَلَّمَ bersabda: شَعْبَانُ شَھْرِیْ وَ رَمَضَانُ شَھْرُ اللہ “ Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى . ”[4]
اَلْـحَمْـدُ لـِلّٰـه, banyak sekali keutamaan berpuasa di bulan yang penuh berkah ini.
Nabi Tercinta, Nabi Muhammad صَلَّی اللہُ تَعَالٰی عَلَیْہِ وَاٰلِہٖ وَسَلَّمَ bersabda: “(Setelah Ramadhan), puasa Sya’ban adalah yang paling utama dalam meninggikan Ramadhan.”[5]
Nabi Tercinta, Nabi Muhammad صَلَّی اللہُ تَعَالٰی عَلَیْہِ وَاٰلِہٖ وَسَلَّمَ akan berpuasa sepanjang bulan Sya’ban. Sayyidah Aisyah Ṣiddiqah رَضِیَ اللہُ تَعَالٰی عَنْہَا dengan rendah hati bertanya, “Ya