Fazail e Bait ul ALLAH

Book Name:Fazail e Bait ul ALLAH

ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada raja. Jika raja menjawabnya dengan benar, maka aku akan mengobatinya.” Menteri sangat gembira mendengar kata-kata ini dan segera membawa ulama itu kepada raja dan meninggalkannya sendirian. Ulama itu bertanya, “Wahai raja! Apakah engkau bermaksud merusak Baitullāh?” Raja menjawab, “Ya.” Ulama tersebut menjelaskan, “Inilah sebabnya engkau menderita penyakit seperti ini. Pemilik Rumah ( baitullah ) mengetahui pikiran setiap orang, jadi perbaiki niat! Berniatlah untuk berbuat baik kepada Rumah  ini ( yaitu Ka’bah yang diberkahi ) dan berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya. Jika engkau melakukan ini, maka engkau akan sembuh.” Raja membuat niat ini dan langsung sembuh. Tubba’ Ḥimyarī mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan meletakkan tujuh lembaran kain berharga di atas Ka’bah suci. Raja Tubba’ adalah orang pertama yang melakukan hal tersebut. [1]

سُبْحٰنَ اللہ ! Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Kejadian ini mengajarkan kita tentang kemuliaan Ka’bah yang diberkahi. Tubba’ Ḥimyarī mendapat murka Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dengan hanya berniat tidak menghormati Ka’bah suci, namun ketika raja Tubba’ berniat untuk berbuat baik, maka pintu rahmat dibukakan baginya, dan raja Tubba’ pun sembuh. Ada dua hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa ini.

1. Kemalangan karena tidak menghormati Ka’bah yang suci

Kita belajar bahwa tidak menghormati Ka’bah adalah jalan menuju kehancuran. Tubba’ Ḥimyarī tidak merusak Ka’bah suci, namun niatnya saja sudah cukup baginya untuk dihukum. Kejadian yang melibatkan Abrahah sudah umum diketahui khalayak. Abrahah adalah seorang penguasa zalim yang mengirim pasukan menunggangi gajah untuk menghancurkan Ka’bah yang suci. Namun, Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى   menggagalkan rencananya itu dan mengirimkan burung-burung kecil untuk menghancurkan Abrahah dan pasukannya. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman:

 



[1] Tārīkh Madīnat Dimashq, jilid. 11, hal. 10 - 12, selektif